PERADABAN BARU POST COVID – 19

Rektor Pakai Toga

By. Imam Satibi

Dalam pengamatan fenomenal ada dua respon besar dalam mensikapi bencana covid 19. Masyarakat terbelah dalam kelompok fatalis dan kelompok progresif. Secara garis besar dapat tergambar dalam deskripsi sebagai berikut ;
1. Yakni kelompok yang mensikapi corona dengan dangers atau malapetaka.Kelompok ini umumnya bersifat fatalis dan mengembalikan urusan ini semata pada takdir Ilahi. Kesanya kelompok ini religius namun terkesan tidak siap hidup dengan risiko yg ada. kelompok ini banyak dimiliki oleh orang orang agamawan tekstual dan umumnya juga kelompok zona nyaman yakni kelompok profesional, praktisi. Kelompok ini sangat tidak biasa menghadapi zona tidak nyaman dan sangat tidak siap dengan perubahan yg terjadi.Mereka hanya berharap krisis corona segera berakhir dan dunia akan kembali seperti pra covid. Sehingga yg dilakukan lebih banyak pasrah dan menunggu.

2. Respon kedua adalah Kelompok intrepreneurship yakni kelompok yg lebih memandang covid-19 dari perspektif opportunity. Kelompok ini sibuk preparing menyiapkan terobosan baru Post Covid 19 terutama dari perspektif bisnis. Kelompok ini menilai bahwa corona suatu tragedi yg menuntut dan memaksa perubahan peradaban baru yg memberikan peluang peluang baru post covid.Post covid merupakan era telah ditemukanya vaksin yg membaskan manusia dari virus corona. Dunia akan menuntut suatu yang berbeda dengan zaman pra covid. Kelompok ini dimiliki anak muda yg kreatif yg terbiasa dengan think out the box atau zona tidak nyaman. Mereka berkeyakinan bahwa akan ada kompetisi besar dalam pasca covid terutama dalam sumber daya manusia, teknologi dan bisnis.Selain itu kelompok ini berasumsi bahwa derajat hidup manusia sangat peka terhadap keselamatan hidup dan pola hidup sehat serta pola pergaulan social distancing. Properti baru mendukung kubutuhan kenyamanan itu akan menjadi paradigma baru pola bisnis. Demikian pola layanan menuntut segalanya lebih keta dalam quality hidup. Semua akan dituntut bukan hanya kualitas standar dalam segala hal kehidupan sebagaimana pra convid 19. Orang akan sangat selektif atau filter dalam berteman, memilih property yang mendukung kehidupanya. Gaya hidup yg berubah yang cenderung individual, subyektif memaksa beralih dari panggung dan framing sosial yang semu ke eksistensi personality.
Dari fenomena ini kita bisa mengambil hikmahya bahwa corona dipastikan berdampak tidak hanya perubahan sektor ekonomi melainkan eksistensi diri manusia. Kelompok progresif akan cenderung bisa melewati krisis corona sesuai apa yg mereka proyekan. Kendati berdamak sistemik dan sosial bagi kelompok ini mampu diformulasikan dengan jawaban yang maching sesuai zamanya. Kelompok ini akan menjadi leader dalam kehidupan dibanding kelompok pertama. Pola pemikiran yang rasional, logis dan kuat dalam agama akan menghegemoni kedepan. Mereka selalu.optimis dibalik covid 19 menyimpan optimisme baru yang harus disiapkan secara dini baik dari sisi konsep maupun model dan strategy. Misalkan pendidikan post covid tentunya akan mengalami perubahan pada strategi belajar mengajar. Demikian dalam sektor keagamaan yg akan lebih menuntut kesolehan individual dan kontekstual. Dalam sektor ekonomi dipastikan akan mengalami perubahan model bisnis.
Kita harus mengakui bahwa di dunia ini hanya ada satu yang tidak berubah yakni kata perubahan itu sendiri. Perubahan merupakan kodrat sunahtulloh yg tidak bisa dilawan. Perubahan itu merupakan suatu keniscayaan yang alamiah. Kita tidak perlu berlebihan berpangku pada eksistensi yang status quo terutama dalam tradisi pemikiran dan peradaban. Semoga perubahan post covid berpihak kekita semua. Amin amin yarobal,”alamin.

Rektor
IAINU Kebumen

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *